Mungkin ungkapan judul di atas cocok disematkan pada seorang lelaki paruh baya berusia 61 tahun yang biasa dipanggil Mbah Samiji itu. Beliau selalu mengandalkan hidupnya pada Hujan. Lho kok bisa, bisa saja, sebab beliau mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga dari menjadi seorang tukang servis payung. Mbah Samiji sudah menjalani profesi ini sudah hampir 20 tahun. Ia mengaku mendapatkan ilmu servis payung ini dari bapaknya, dulu bapaknya juga seorang tukang servis payung.
Mbah Samiji selalu berkeliling dengan menggunakan sepeda tuanya untuk mencari pelanggan yang mau menggunakan jasanya. Uang yang ia peroleh dari menjadi tukang servis payung memang tak seberapa, tapi ia selalu bersyukur karena telah diberi rezeki oleh Allah SWT. " Nek mangsa udan kadang iso oleh nganti telungpuluh mas, nek mangsa rendeng oleh sepuluh we wis bejo" (
kalo musim hujan bisa sampai 30 ribu, tapi kalau musim kemarau, bisa dapat 10 aja udah untung). Tapi biasanya di musim kemarau, mbah Samiji tidak berkeliling, hanya menerima servis di rumah sambil mengerjakan ladang milik tetangga.
Warga dusun mbegel kecamatan Kaliangkrik magelang itu kini sudah punya 5 anak dan 7 cucu. Walaupun begitu, ia tetap saja ingin bekerja walaupun anak-anaknya menyuruh ia berhenti bekerja. Ia ingin mencari uang dari keringatnya sendiri demi bisa membelikan sesuatu atau untuk memberikan uang jajan bagi cucunya. Sungguh mulia kau pak Samidi.
Silahkan Copas asalkan tetap mencantumkan sumbernya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar